Minggu, 15 November 2015

Berhijrah karena Cinta


Menjadi sebuah pertanyaan dibenak saya untuk memulai langkah terbesar dalam hidup saya ini. Di umur saya yang tak lagi muda , disaat tubuh pun mulai menua, disaat beban psikologis yang semakin berat. Saya memualai bertanya, apakah saya layak menjadi suami idaman istri, layakkah saya menjadi imam bagi keluarga, dapatkan saya menjadi contoh bagi anak-anakku. Pertanyaan itulah yang menjadikanku untuk mencari calon pendamping hidupku kelak.
Aku sadar ada yang tidak beres dengan kehidupanku saat ini, punya banyak teman dan relasi, pinter ngobrol, gampang bergaul, sekilas tidak yang salah dengan hal tersebut, namun ketika nafsu menguasai dan akal tak dapat tempat, pikiran ini tak terasa beban saat melakukan suatu kedzaliman, tapi hati tak dapat berbohong, terdapat sebuah harapan bagi hati ini untuk berhijrah untuk lebih baik.
Satu demi satu perempuan kucari , pada setiap langkah itu pula aku tidak menemukan yang jelas, lelah dan sakit hatilah yang aku dapat. Bukan karena tidak dapat mengungkapkan persaaku, namun yang lebih sakit adalah  saya merasa tidak ada titik terang dalam sebuah percintaan yang kucoba kujalin, bukankah itu sama saja, malah akn membuatku lebih buruk jika sampai jalinan tersebut terlalu negatif.
Jelas suatu saat aku harus menemukan perempuan untuk hidupku kelak menjadi lebih baik dan bermanfaat. Namun aku tak ingin jika aku bertemu dan besanding dengan pasanganku kelak tapi aku masih dalam kondisi seperti ini. “Hijrah” lantas terpikirkan olehku, aku mencoba untuk memperbaiki diriku dikit demi sedikit, karena apa? Saya pernah mendengar bahwa “ wanita yang baik hanya untuk lelaki yang baik pula” karena itulah aku ingin menemukan arti nyata dari kalimat tersebut.
Sedih, cemas, semangat menjadikanku menjadi orang bipolar akut sementara. Sedih ketika merasa aku harus dikit demi sedikit mengbah gaya hidupku (maklum tidak mudah dalam merubah kebiasaan), cemas karena aku tidak yakin apakah ini dapat konsisten hingga akhir hayatku, dan semangat ketika aku memikirkanmu di hatiku, karena ketakukanku jika tidak membahagiakanmu kelak.
Namun aku ragu apakah yang aku lakukan ini benar? Ataukah aku memainkan agamaku hanya karena cinta? Dosakah aku jika ingin bertaubat hanya karena cinta? Dapatkah Allah SWT menerima amalanku setelah aku hanya berniat bertaubat karena cinta? . Apalah jawaban-MU hamba selalu ingin berikhtiar menuju jalanmu. Yang terpenting saat ini adalah kamu dapat menemaniku dalam setiap langkah islami.

AKRH

Bookmark and Share

1 comment

Posting Komentar

ISI KOMENTAR YA..SEMUA AKAN KU TRIMA ENTAH EJEKAN ATAU APA TETAP Q TRIMA SENANG BERBAGI DENGAN SOBAT ITULAH KEBAHAGIAAN SAYA. SPAM/LINK TAK DELETE, THANKS BRO:D