Menjadi sebuah pertanyaan dibenak saya untuk memulai langkah
terbesar dalam hidup saya ini. Di umur saya yang tak lagi muda , disaat tubuh pun mulai
menua, disaat beban psikologis yang semakin berat. Saya memualai bertanya,
apakah saya layak menjadi suami idaman istri, layakkah saya menjadi imam bagi
keluarga, dapatkan saya menjadi contoh bagi anak-anakku. Pertanyaan itulah yang
menjadikanku untuk mencari calon pendamping hidupku kelak.
Aku sadar ada yang tidak beres dengan kehidupanku saat ini,
punya banyak teman dan relasi, pinter ngobrol, gampang bergaul, sekilas tidak
yang salah dengan hal tersebut, namun ketika nafsu menguasai dan akal tak dapat
tempat, pikiran ini tak terasa beban saat melakukan suatu kedzaliman, tapi hati
tak dapat berbohong, terdapat sebuah harapan bagi hati ini untuk berhijrah
untuk lebih baik.
Satu demi satu perempuan kucari , pada setiap langkah itu
pula aku tidak menemukan yang jelas, lelah dan sakit hatilah yang aku dapat.
Bukan karena tidak dapat mengungkapkan persaaku, namun yang lebih sakit adalah saya merasa tidak ada titik terang dalam
sebuah percintaan yang kucoba kujalin, bukankah itu sama saja, malah akn
membuatku lebih buruk jika sampai jalinan tersebut terlalu negatif.
Jelas suatu saat aku harus menemukan perempuan untuk hidupku
kelak menjadi lebih baik dan bermanfaat. Namun aku tak ingin jika aku bertemu
dan besanding dengan pasanganku kelak tapi aku masih dalam kondisi seperti ini.
“Hijrah” lantas terpikirkan olehku, aku mencoba untuk memperbaiki diriku dikit
demi sedikit, karena apa? Saya pernah mendengar bahwa “ wanita yang baik hanya
untuk lelaki yang baik pula” karena itulah aku ingin menemukan arti nyata dari
kalimat tersebut.
Sedih, cemas, semangat menjadikanku menjadi orang bipolar
akut sementara. Sedih ketika merasa aku harus dikit demi sedikit mengbah gaya
hidupku (maklum tidak mudah dalam merubah kebiasaan), cemas karena aku tidak
yakin apakah ini dapat konsisten hingga akhir hayatku, dan semangat ketika aku
memikirkanmu di hatiku, karena ketakukanku jika tidak membahagiakanmu kelak.
Namun aku ragu apakah yang aku lakukan ini benar? Ataukah aku
memainkan agamaku hanya karena cinta? Dosakah aku jika ingin bertaubat hanya
karena cinta? Dapatkah Allah SWT menerima amalanku setelah aku hanya berniat
bertaubat karena cinta? . Apalah jawaban-MU hamba selalu ingin berikhtiar
menuju jalanmu. Yang terpenting saat ini adalah kamu dapat menemaniku dalam
setiap langkah islami.
AKRH
1 comment
@Hanny Vania damn
Posting Komentar
ISI KOMENTAR YA..SEMUA AKAN KU TRIMA ENTAH EJEKAN ATAU APA TETAP Q TRIMA SENANG BERBAGI DENGAN SOBAT ITULAH KEBAHAGIAAN SAYA. SPAM/LINK TAK DELETE, THANKS BRO:D